Soft Skill: Senjata Utama Bertahan di Era AI

 


Pilikaminews-Perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI) telah mengubah banyak aspek dalam dunia kerja. Otomatisasi dan penggunaan sistem AI dalam berbagai lini pekerjaan menyebabkan sebagian tugas teknis digantikan oleh mesin. Namun, di balik disrupsi ini, keterampilan lunak atau soft skill justru semakin menjadi penentu utama kesuksesan individu dalam mempertahankan dan mengembangkan karier mereka.

Fenomena ini dirasakan oleh berbagai kalangan, mulai dari karyawan perusahaan teknologi di kota besar seperti Jakarta, hingga mahasiswa di berbagai perguruan tinggi. Menurut Rika Mahardika, seorang praktisi HR dari Jakarta, AI memang bisa menggantikan banyak pekerjaan, tetapi tidak dapat meniru sisi kemanusiaan seperti empati, kreativitas, dan kemampuan berkolaborasi. Inilah yang membuat perusahaan kini lebih menghargai karyawan yang mampu berpikir kritis, berkomunikasi secara efektif, serta menunjukkan kecerdasan emosional dalam menghadapi tantangan kerja.

Kebutuhan akan soft skill menjadi semakin mendesak sejak AI generatif seperti ChatGPT dan berbagai platform otomatisasi mulai digunakan secara luas pada tahun 2023. Memasuki tahun 2025, banyak perusahaan dan individu mulai mengikuti pelatihan pengembangan diri melalui platform daring seperti Coursera, LinkedIn Learning, dan RevoU. Data dari RevoU menunjukkan bahwa jumlah pengguna yang mengikuti kursus soft skill meningkat hingga 80% dalam enam bulan terakhir. Kursus yang paling diminati mencakup public speaking, manajemen waktu, hingga kepemimpinan kolaboratif.

Tidak hanya pekerja profesional, mahasiswa pun mulai menyadari pentingnya penguasaan soft skill. dan mengaku kini lebih aktif mengikuti kegiatan seperti pelatihan komunikasi dan kepemimpinan karena sadar bahwa dunia kerja tidak hanya membutuhkan nilai akademik, tetapi juga kemampuan interpersonal. Program Kampus Merdeka yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan turut mendorong mahasiswa untuk mengembangkan diri melalui pengalaman magang, proyek sosial, dan pembelajaran lintas bidang.

Transformasi ini terjadi karena AI tidak mampu sepenuhnya meniru kompleksitas interaksi sosial dan nilai-nilai kemanusiaan. Laporan World Economic Forum 2025 memperkirakan sekitar 44% pekerjaan akan terdampak oleh otomatisasi, namun justru menyebut keterampilan seperti berpikir analitis, fleksibilitas, dan komunikasi sebagai kompetensi yang paling dicari dalam lima tahun ke depan.

Di tengah era digital yang terus berkembang, penguasaan soft skill bukan lagi pilihan tambahan, melainkan kebutuhan utama. Mereka yang mampu beradaptasi, berinovasi, dan tetap manusiawi di tengah dunia yang semakin otomatis, akan menjadi pribadi yang unggul dan relevan dalam dunia kerja masa depan.(key)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama