Generasi Sandwich & Beban Finansial: Strategi Karier yang Relevan di Usia 20-an



Pilikaminews-Di tengah tantangan ekonomi yang semakin kompleks, istilah generasi sandwich semakin akrab di telinga masyarakat Indonesia. Generasi ini merujuk pada individu, terutama di usia 20 hingga 30-an, yang secara finansial harus menopang kehidupan orang tua dan adik-adiknya, sembari membangun kehidupan mereka sendiri. Fenomena ini memunculkan berbagai tekanan, salah satunya adalah beban finansial yang berat di usia muda.

Apa Itu Generasi Sandwich? 

Generasi sandwich adalah kelompok usia produktif yang terjepit antara dua tanggung jawab finansial: mendukung orang tua yang sudah pensiun atau tidak bekerja, dan juga adik-adik atau bahkan anak-anak mereka sendiri. Dalam banyak kasus, mereka harus membagi pendapatan untuk memenuhi kebutuhan tiga generasi sekaligus.

Siapa yang Terdampak? 

Generasi ini mayoritas berasal dari kalangan usia 20-an hingga 30-an, terutama mereka yang baru saja memasuki dunia kerja. Lulusan baru atau pekerja muda dengan pendapatan menengah sering menjadi bagian dari kelompok ini. Banyak di antara mereka bekerja di sektor informal, UMKM, atau baru merintis karier profesional.

Di Mana Fenomena Ini Terjadi?

Fenomena ini tidak hanya terjadi di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, tetapi juga menyebar ke daerah-daerah. Ketimpangan pendapatan dan belum meratanya sistem jaminan sosial di Indonesia turut memperkuat posisi generasi sandwich di hampir seluruh wilayah tanah air.

Kapan Tantangan Ini Muncul? 

Tantangan generasi sandwich semakin terasa dalam beberapa tahun terakhir, terutama pasca-pandemi COVID-19. Banyak keluarga kehilangan penghasilan, sehingga tanggung jawab ekonomi bergeser kepada anak-anak yang lebih muda. Kenaikan harga kebutuhan pokok dan biaya pendidikan juga memperparah kondisi ini.

Mengapa Hal Ini Terjadi?

Ada beberapa alasan utama mengapa generasi sandwich muncul. Salah satunya adalah kurangnya perencanaan keuangan jangka panjang dalam keluarga. Selain itu, rendahnya tingkat literasi keuangan dan absennya asuransi atau dana pensiun bagi orang tua menjadikan anak-anak sebagai tumpuan utama. Di sisi lain, tekanan budaya juga menjadi faktor: banyak anak merasa wajib membalas jasa orang tua, meskipun secara ekonomi belum mapan.

Bagaimana Strategi Karier yang Bisa Diterapkan? 

Menghadapi tekanan ini, generasi sandwich perlu menyusun strategi karier yang relevan dan realistis. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

1. Fokus pada Keterampilan yang Bernilai Tinggi 

   Mengasah keterampilan digital, komunikasi, dan kepemimpinan menjadi penting. Sertifikasi        tambahan dan kursus daring bisa menjadi investasi yang murah namun berdampak besar.

2. Pilih Karier dengan Potensi Penghasilan yang Tumbuh

    Sektor teknologi, keuangan, dan kesehatan menjadi pilihan menarik karena menawarkan jenjang         karier yang jelas dan penghasilan yang kompetitif.

3. Manajemen Keuangan yang Cerdas

    Membuat anggaran bulanan, menabung secara konsisten, serta memisahkan rekening pribadi dan keluarga menjadi langkah awal agar keuangan lebih terkontrol.

4. Bangun Penghasilan Tambahan

    Menciptakan sumber pendapatan pasif dari usaha sampingan atau investasi jangka panjang bisa membantu mengurangi beban.

5. Berani Bicara dalam Keluarga

    Diskusi terbuka mengenai batas kemampuan finansial perlu dilakukan agar semua anggota keluarga bisa saling memahami dan bekerja sama mencari solusi.

Dalam menghadapi realitas sebagai generasi sandwich, penting bagi anak muda Indonesia untuk tidak menyerah, melainkan mengembangkan strategi yang tepat demi masa depan yang lebih stabil. Dengan karier yang terencana, beban bisa dikurangi, dan mimpi membangun kehidupan yang seimbang tetap bisa diwujudkan.


(key)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama